Pengertian Marginalisasi, Ciri, Penyebab, hingga Dampaknya
Pengertian Marginalisasi, Ciri, Penyebab, hingga Dampaknya
Pernahkah mendengar fenomena marginalisasi? Marginalisasi adalah fenomena dalam masyarakat yang senantiasa membuat seseorang terpinggirkan dan tidak memiliki kuasa penuh atas kehidupan sendiri maupun sumber daya yang tersedia.
Marginalisasi sendiri dalam wujud pembahasannya berasal dari kata dasar marginal yang artinya terpinggirkan. Itulah sebabnya, kadang kala marginalisasi membuat sebagian besar masyarakat di beberapa daerah tidak ikut berpartisipasi dalam pembangunan nasional.
Dalam sejarahnya, istilah marginalisasi dipergunakan secara luas di Eropa dan pertama kali digunakan di Prancis. Pada saat itu, marginalisasi dianggap sebagai proses pemblokiran atas berbagai hak, peluang, dan sumber daya yang tersedia dan dialami individu maupun kelompok tertentu.
Pada umumnya, kelompok marginalisasi ditolak keterlibatannya dalam kegiatan ekonomi, politik, budaya, sosial, dan agama. Setidaknya, terdapat faktor penyebab timbulnya masyarakat yang termarginalisasi, salah satunya unsur budaya yang berbeda atau adanya perbedaan dalam kuasa atas ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Lantas, apa sebenarnya pengertian marginalisasi? Simak pembahasan berikut ini, lengkap dengan ciri-ciri hingga contohnya.
Pengertian Marginalisasi
Menurut buku Marginalisasi dan Keberadaan Masyarakat oleh Catur Wahyudi, marginalisasi adalah tindakan mengasingkan, meminggirkan, atau melemahkan kuasa kelompok minoritas atas segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan negara dan kelompok dominan, sehingga setiap kelompok marginal akan tunduk pada kelompok dominan.
Beberapa tokoh juga berpendapat tentang pengertian marginalisasi, di antaranya:
Young (2000), marginalisasi adalah bentuk pengecualian dari partisipasi yang berarti dalam masyarakat, sebagian disebabkan oleh kehadiran pasar tenaga kerja yang tidak mampu mengakomodasi mereka, dan terbukti menjadi salah satu bentuk penindasan yang paling berbahaya.
Hailu (2012), marginalisasi adalah semacam pengucilan atau isolasi anak muda dari arus utama politik, sosial, dan ekonomi.
Merriam Webster (2014), marginalisasi adalah sebagai proses menempatkan atau tetap menempatkan (seseorang) pada posisi tidak berdaya atau tidak penting dalam masyarakat atau kelompok.
Merujuk pada buku Geografi Sejarah Indonesia milik Yulia Siska, marginalisasi sendiri dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu marginalisasi sosial, marginalisasi ekonomi, marginalisasi politik, marginalisasi pendidikan, dan marginalisasi psikologis.
Apa itu marginalisasi sosial?
Marginalisasi sosial adalah proses keterbatasan interaksi atau hubungan pada seorang individu atau kelompok tertentu dalam masyarakat, yang mana menyebabkan hilangnya kesempatan dan hak untuk bisa bersosialisasi ataupun melaksanakan berbagai aktivitas sosial pada umumnya.
Individu atau kelompok yang seringkali menjadi objek dalam proses marginalisasi sosial adalah mereka yang berkebutuhan khusus, individu yang terlahir dari golongan masyarakat kasta rendah, dan lain sebagainya.
Orang ataupun kelompok yang sudah mengalami perlakuan seperti ini sering kali merasa kurang percaya diri dan kurang bisa mengembangkan dirinya. Ini karena semua kebebasan yang dimilikinya telah diambil secara paksa.
Ciri Marginalisasi
Dirangkum dari buku Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita Indonesia karangan Herien Puspitawati, marginalisasi dapat dicirikan sebagai berikut:
1. Menderita diskriminasi dan subordinasi
Terdapat dua kemungkinan diskriminasi bagi kaum marginal. Pertama, memang kelompok dominan yang melakukan tindak diskriminasi. Kedua, kaum marginal yang merasa telah didiskriminasi oleh kelompok dominan. Diskriminasi atau penindasan juga bisa terjadi karena pemberontakan.
2. Memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda dan tidak disetujui kelompok dominan
Kaum marginal memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok dominan, sehingga menimbulkan stereotip negatif. Hal tersebut mengakibatkan keterasingan kaum marginal, bahkan mereka yang sepakat untuk mengasingkan diri.
3. Masyarakat marginal berbagi rasa identitas kolektif dan beban bersama
Kecenderungan kaum marginal adalah memiliki rasa keterikatan batin, yakni sama-sama merasa arti haknya tidak terpenuhi. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan kaum marginal melakukan berbagai pemberontakan yang dilakukan secara bersama-sama.
4. Masyarakat marginal berbagi aturan sosial tentang siapa yang termasuk dan tidak
Kaum marginal memiliki aturannya sendiri yang bertentangan dengan aturan kelompok dominan maupun aturan negaranya. Hal ini yang membuat sesama kaum marginal dengan mudah mengenali anggotanya. Terkadang, karena aturan mereka juga berselisih paham dengan kelompok dominan.
5. Memiliki akses yang rendah atau bahkan tidak memiliki akses
Rata-rata kaum marginal sulit dalam mendapatkan akses politik, ekonomi, maupun kesehatan. Kesenjangan antara kelompok dominan dan marginal terlihat, pada saat kelompok dominan menguasai segala fasilitas. Sebaliknya, kaum atau kelompok marginal memiliki penghasilan rendah dan sulit mendapat pekerjaan layak.
Penyebab Marginalisasi
Dalam situs Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya marginaliasi antara lain:
1. Tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran
Tingginya tingkat kemiskinan yang ada di dalam sebuah negara, mengakibatkan masyarakat tidak mampu memanfaatkan kondisi mental serta fisiknya. Masyarakat marginal inilah yang sering dikecualikan dalam layanan, program, serta kebijakan pemerintah.
2. Stereotip negatif pada kelompok yang terpinggirkan
Kelompok masyarakat yang dianggap sebagai pemberontak negaranya sendiri selalu diasingkan. Semua tindakan mereka dianggap mengganggu kepentingan umum. Oleh sebab itu, pergerakan kelompok masyarakat marginal harus diawasi dan pemenuhan tuntutan mereka turut dibatasi.
3. Faktor budaya
Perbedaan budaya yang bertentangan dengan aturan negara membuat masyarakat terpinggirkan. Begitu pula sebaliknya, budaya negara yang tidak sesuai dengan budaya mereka membuat mereka menarik diri dari masyarakat umum.
4. Monopoli kebijakan
Kelompok dominan memiliki kuasa atas pengaturan kebijakan dalam masyarakat dan negaranya. Begitu mudahnya kelompok dominan meminggirkan kelompok minoritas atau kelompok-kelompok yang dianggap merugikan mereka.
Dampak Marginalisasi
Apa akibat dari marginalisasi? Diambil dari sumber yang sama dengan penjelasan sebelumnya, marginalisasi mengakibatkan beberapa permasalahan seperti di bawah ini:
1. Kondisi ekonomi semakin rendah
Masyarakat yang aksesnya dibatasi tidak bisa memenuhi kebutuhannya secara maksimal, sehingga kondisi ekonomi masyarakat semakin merosot.
Lowongan pekerjaan yang tersedia juga terbatas bagi mereka, hingga pada akhirnya pengangguran semakin bermunculan. Dampak yang jelas terlihat adalah penurunan kualitas hidup di kalangan kelompok marginal.
2. Sifat apatis masyarakat marginal
Masyarakat yang terpinggirkan akan merasa hak mereka tidak terpenuhi dan dirampas. Ketidakadilan yang mereka dapatkan menyebabkan rasa tidak percaya kepada pemerintah atau kelompok dominan.
Pada akhirnya, mereka menarik diri dari negara dan tidak mau turut campur urusan pemerintah. Itulah sebabnya, banyak kasus masyarakat tidak mau memberikan suara ketika pemilihan umum.
3. Lemahnya efektivitas pemerintah
Masyarakat menarik diri dari sistem pemerintahan, karena merasa telah diasingkan dan dianggap membuat kebijakan pembangunan yang tidak berarti. Secara tidak langsung, tuntutan masyarakat marginal dimonopoli oleh kelompok dominan yang mencari keuntungan.
Contoh Marginalisasi
Tak dapat dipungkiri, contoh marginalisasi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari antar lain sebagai berikut:
1. Profesi
Profesi petani semakin berkurang akibat industrialisasi yang semakin marak. Banyak lahan pertanian diubah menjadi pabrik. Ketika para petani melakukan aksi protes, mereka dianggap telah mengganggu jalannya usaha.
Selain itu, orang tua dengan profesi petani dianggap sebagai pekerjaan rendahan. Banyak masyarakat atau orang pada zaman sekarang yang gengsi untuk menjadi petani.
2. Bidang Kesehatan
Masyarakat berekonomi rendah sudah mendapatkan layanan kesehatan yang layak. Meskipun sudah memiliki jaminan kesehatan, pelayanan yang mereka dapatkan masih mengecewakan.
Sementara itu, terdapat para pejabat yang bisa mendapatkan ruangan berkelas secara gratis. Masyarakat dengan ekonomi tinggi juga dengan mudah melakukan cek kesehatan secara rutin. Berbeda dengan masyarakat ekonomi bawah yang hanya pergi ke dokter ketika sakit.
3. Agama
Kelompok marginal bukan hanya datang dari kelompok minoritas, tetapi juga kelompok mayoritas. Misalnya, agama Islam di Indonesia adalah mayoritas.
Namun, ketika melaksanakan ajarannya, seperti memanjangkan jenggot, memakai pakaian yang tertutup longgar atau cadar, mereka mendapatkan cap teroris oleh sebagian masyarakat. Bahkan, terdapat kasus seorang pemuka agama yang dibatalkan penerbangannya karena dianggap sebagai teroris.
4. Gender
Perempuan merupakan sasaran utama marginalisasi gender karena dianggap lebih lemah daripada kaum laki-laki. Tidak sepenuhnya lapangan pekerjaan bisa dilakukan oleh kaum perempuan.
Sebagai contoh, pada masa abad ke 10-an, wanita tidak boleh mendapatkan pendidikan. Tugas perempuan hanyalah di dapur serta melayani suami dan anaknya.
(VIO)
No comments:
Post a Comment